Kamis, 10 Februari 2011

SEJARAH KARET ALAM DI INDONESIA

Di Indonesia sendiri, Pada bulan November tahun 1876 tanaman karet jenis Hevea Brasiliensis  mulai dikembangkan di Jakarta. Kemudianpada tahun 1906 dimulai budidaya tanaman karet ini di Sumatera bagian timur dan selang 4 tahun kemudian yaitu tahun 1906 , karet mulai dibudi dayakan di pulau Jawa.
Sejarah karet di Indonesia mencapai puncaknya pada periode sebelum Perang Dunia II hingga tahun 1956. Karet yang diproduksi adalah jenis karet konvensional jenis RSS (Ribbed Smoke Sheet) dan Brown Crepe. Pada masa itu Indonesia menjadi negara penghasil karet alam terbesar di dunia. Namun sejak tahun 1957 kedudukan Indonesia sebagai produsen karet nomor satu digeser oleh Malaysia. Salah satu penyebabnya adalah rendahnya mutu produksi karet alam di Indonesia. Rendahnya mutu membuat harga jual di pasaran luar negeri menjadi rendah.
Sejalan dengan berkembangnya zaman dimana Negara Malaysia memperkenalkan Standard Malaysia Rubber sebagai karet alam yang memiliki spesifikasi Teknis (Technical Specified Rubber) yang diyakini lebih cocok sebagai bahan baku pembuatan ban. Sehingga pada tahun 1969 Pemerintah Indonesia melalui Menteri Perdagangan mengeluarkan larangan ekspor karet mutu rendah Bark Crepe , karena jenis mutu karet ini dapat diolah lebih lanjut menjadi karet spesifikasi teknis yang memiliki nilai jual yang lebih baik. Pemerintah Indonesia pada saat itu mendorong industri karet yang memproduksi konvensional untuk beralih memproduksi karet spesifikasi teknis karena dianggap tepat , meningkatkan nilai jual.Dengan dikeluarkannya Keputusan Presiden No.85 tahun 1971 yang pelaksanaannya ditunjuk Menteri Perdagangan Bapak Prof.Dr.Soemitro Djojohadikusumo  untuk mendorong peralihan industri karet konvensional beralih menjadi industri  Crumb Rubber yang memproduksi karet spesifikasi teknis proses ini ditandai dengan mendirikan pabrik percontohan karet  spesifikasi teknis sebagai konversi pabrik-pabrik remilling  dengan menggunakan unit-unit mesin promosi yang berasal dari Perancis dan Inggris. Selang waktu dua tahun, yaitu pada tahun 1971  dimulailah konversi secara luas pabrik remilling di Indonesia menjadi pabrik Crumb Rubber. Pengkonversian pabrik remilling ke pabrik crumb rubber membutuhkan tambahan modal dan asset yang tidak sedikit yang diantaranya adalah penambahan mesin Dryer, mesin Shredder, mesin Press , Laboratorium TSR, dll. Karet spesifikasi teknis Indonesia dinamakan Standard Indonesian Rubber atau sering disingkat SIR.  

Tidak ada komentar: