Jumat, 17 Juni 2011

TANAMAN KARET



1.   LATEKS
Lateks atau lebih sering disebut getah diperoleh dengan proses penyadapan pada pohon karet. Proses penyadapan merupakan proses mengumpulkan getah dengan menorehkan irisan pada permukaan kulit pohon karet . Tujuan dari pengirisan ini adalah membuka pembuluh lateks antara kulit pohon dan kambium agar lateks dapat mengalir. Kecepatan aliran lateks akan berkurang apabila takaran cairan lateks pada kulit berkurang. Penyadapan harus dilakukan dengan hati-hati agar tidak merusak kulit tersebut. Jika terjadi kesalahan dalam penyadapan, maka produksi karet akan berkurang.
Industri perkebunan karet  hanya cocok pada area hutan hujan tropis, seperti Brazil dan Malaysia yang terletak antara 10o selatan dan utara garis katulistiwa, yang memiliki kondisi tumbuh yang optimum.
Pada habitat asalnya pohon karet (hevea brasilliensis)  tumbuh diantara kayu2 lain di hutan hujan tropis di Amazon - Brazil. Tetapi di Asia Tenggara , karet tumbuh pada perkebunan yang monokultur / sejenis. Perkebunan karet dapat memiliki siklus hidup 20-25 tahun untuk menghasilkan lateks. Perkebunan ini memiliki dampak lingkungan yang lebih sedikit dibandingkan dengan perkebunan kopi atau kelapa sawit.
Setiap malam, petani karet / penyadap karet harus mengiris lapisan tipis kulit kayu yang mengarah kebawah secara spiral dan bila dilakukan dengan hati-hati, tempat irisan ini dapat menghasilkan lateks selama 5 tahun. Pada sisi berlawanannya akan di sadap agar sisi ini dapat kembali normal. Irisan spiral ini memungkinkan lateks untuk mengalir kebawah kearah alat penampung lateks. Pekerjaan ini dilakukan pada malam hari atau pada pagi hari sebelum matahari terbit agar lateks tidak mengering pada permukaan pohon dan menutupi irisan.





 









Gambar  Penyadapan Karet

Tergantung dari produk akhir, bahan kimia dapat ditambahkan agar lateks pada cangkir tidak cepat beku. Amonia dapat digunakan untuk mencegah koagulasi alamiah dan agar latex tetap berbentuk cair. Kantong plastik yang berisi koagulan telah menggantikan cangkir pada perkebunan karet di Malaysia. Bentuk lateks ini digunakan sebagai bahan baku untuk konsentrat lateks, yang digunakan untuk memproduksi Ribbed Smoke Sheet (RSS) grade.
Lateks yang terkoagulasi secara alamiah, kadang kala disebut sebagai cup lump, yang dikumpulkan untuk membentuk block rubber, untuk  tujuan  produksi Technically Specified Rubber (TSR).

2.   MORFOLOGI TANAMAN KARET
Tanaman karet merupakan pohon yang tumbuh tinggi dan berbatang cukup besar, tinggi pohon dewasa mencapai 15-25 meter. Batang tanaman biasanya tumbuh lurus dan memiliki percabangan yang tinggi diatas. Dibeberapa kebun karet ada beberapa kecondongan arah tumbuh tanamanya agak miring kearah utara. Batang tanaman ini mengandung getah yang dikenal dengan nama lateks. Daun karet terdiri dari tangkai daun utama dan tangkai anak daun. Panjang tangkai daun utama 3-20cm. Panjang tangkai anak daun sekitar 3-10cm dan pada ujungnya terdapat kelenjar. Biasanya ada tiga anak daun yang terdapat pada sehelai daun karet. Anak daun berbentuk eliptis, memanjang dengan ujung meruncing, tepinya rata dan gundul. Biji karet terdapat dalam setiap ruang buah. Jadi jumlah biji biasanya ada tiga kadang enam sesuai dengan jumlah ruang. Ukuran biji besar dengan kulit keras. Warnaya coklat kehitaman dengan bercak-bercak berpola yang khas. Sesuai dengan sifat dikotilnya, akar tanaman karet merupakan akar tunggang. Akar ini mampu menopang batang tanaman yang tumbuh tinggi dan besar.
*        


 






Gambar 1. Biji Karet
3.   JARAK TANAM
Produktivitas satuan luas dipengaruhi oleh jarak tanam dan kerapatan tanaman, disamping faktor-faktor yang lainya. Jarak yang lebih sempit akan berdampak negative dengan beberapa kelemahannya. Beberapa kerusakan yang akan terjadi akibat jarak yang lebih sempit adalah:
*       Kerusakan mahkota tajuk oleh angin
*       Kematian pohon karena penyakit menjadi lebih tinggi
*       Tercapainya lilit batang sadap lebih lambat
*       Hasil getahnya akan berkurang
Oleh sebab itu, dalam melakukan penanaman, sangat tidak dianjurkan terlalu rapat jarak antara satu pohon dengan pohon yang lainnya. Maka dewasa ini kepadatan kerapatan pohon setiap hektarnya tidak melebihi dari jumlah 400 sampai dengan 500 pohon. Hal itu berarti jarak tanamnya perhektar adalah 7x3 m, 7, 14x 3, 33 m atau 8x2,5 m.
4.   BIBIT / KLON KARET
Usaha peningkatan produktivitas tanaman karet baik pada tingkat perusahaan swasta maupun secara nasional, harus dilaksanakan dengan menanam klon-klon unggulan terbaru pada saat penanaman baru ataupun pada saat peremajaan. Klon adalah keturunan yang diperoleh secara pembiakan vegetatif suatu tanaman . sehingga, ciri-ciri dari tanaman tersebut sama persis dengan tanaman induknya.. Klon-klon anjuran yang dianjurkan untuk digunakan pada saat okulasi maupun penanaman bibit unggul adalah bahan tanaman karet.
Berdasarkan rumusan lokakarya Nasional Pemuliaan Tanaman Karet tahun 2005, klon-klon karet yang direkomendasikan untuk priode tahun 2006 - 2010 terdiri atas 2 kelompok, yaitu klon anjuran komersial dan klon anjuran harapan :
1.   Klon Anjuran Komersial. Terbagi atas 3 yaitu :
  1. Klon Penghasil Lateks : BPM 24, BPM 107, BPM 109, IRR 104, PB 217 dan PB 260.
  2. Klon Penghasil Kayu dan Lateks : BPM 1, PB 330, PB 340, RRIC 100, AVROS 2037, IRR 5, IRR 32, IRR 39, IRR 42, IRR 112 dan IRR 118.
  3. Klon Penghasil Kayu : IRR 70, IRR 71, IRR 72 dan IRR 78.
2.   Klon Harapan antara lain  jenis :
IRR 24, IRR 33, IRR 41, IRR 54, IRR 64, IRR 105, IRR 107, IRR 111, IRR 119, IRR 141, IRR 144, IRR 208, IRR 211dan IRR 220.
Sumber : Pusat Penelitian Karet Balai Penelitian Sembawa.


Potensi produksi karet kering(kg/ha) klon karet anjuran 2006-2010.
Klon        Turunan                   s/d tahun sadap ke                                      rata2
5th                   10th                     15th       ton/tahun
BPM24   GT1 x AVROS                     8942                20423                  30007     2007
BPM107 klon Primer              8738                19828                   -             1982
BPM109 BPM107xBPM13                 9372                19798                              1979
IRR104  BPM101xRRIC110               9938                 -                           -             1978
PB217   PB5/51xPB6/69                     7103                19154                  29181     1946
PB260   PBxS/S1xPB32/36                 9989                21996                  31946     2129
BPM1   AVROS163xAVROS308       7402                19908                  29795     1946
PB330    PB5/51xPB32/36                  9699                                         -              1774
PB340    PB235xPR107                      10900                                        -              2180
RRIC100 RRIC 52xPB85                    7690                21010                   29963     1997
AVROS2037 AVROS256×352          7088                18554                   29899     1993
IRR5       Klon primer              8046                                          -              1609
IRR32     1CB1320xAVROS1734       7336                11512                                1644
IRR39     1CB1320xF25                      7278                11485                  -              1640
IRR42     1CB1320xF351                    8488                13924                                1989
IRR112  IAN873xRRIC110                10930               22493                  -              2195
IRR118  1CB1320xfx2784                  10056                                       -             2011



Pemberian nama klon umumnya berdasarkan dari singkatan nama tempat klon tersebut diteliti .Berikut penjelasan nama-nama klon :
AVROS                 = Algemene Vereniging Rubber Planters Oostkust Sumatra
BPM                      = Balai Penelitian Medan
PB                                     = Prang Besar
GT                         = Gondang Tapen
PR                                     = Proefstation voor Rubber
IRR                        = Indonesian Rubber Research
RRIC                     = Rubber Research Institute of Ceylon
RRIT                      = Rubber Research Intititute of Thailand
RRIM                    = Rubber Research Institute of Malaysia
RRII                       = Rubber Research Institute of India
Tjir                         = Tjirandji
WR                        = Wangon Redjo

Klon IRR 112 sebagai Klon Unggul (menurut Balai Penelitian Sungai Putih)
Klon IRR 112 merupakan klon yang dilepas sebagai benih bina dengan SK Mentan Nomor. 511/kpts/SR 1209/2007. Klon IRR 112 merupakan hasil persilangan dan seleksi Balai Penelitian Sungei Putih-Pusat Penelitian karet Indonesia. Keunggulan yang dimiliki oleh klon IRR 112 yaitu sebagai klon unggul baru penghasil Lateks-Kayu. Rata-rata laju pertumbuhan lilit batang disaat TBM yaitu 13 cm/tahun dan 6 cm/tahun disaat TM. Penyadapan dapat dilakukan pada umur 3,5 tahun, kulitnya relatif tebal, cukup resisten terhadap Corynespora dan Colletotrichum. Potensi produksi rata-rata 2546 kg/ha/th dan kumulatif produksi sampai umur 10 tahun 22.493 kg. Produksi spesifik yang dapat dihasilkan oleh IRR 112 yaitu SIR 3C, RSS, SIR 3L, SIR 5, dan SIR 10/20. Adaptabilitas klon IRR 112 pada daerah sedang sampai kering.
     


Klon IRR 39 dan IRR 42
Klon IRR 39 dan IRR 42 merupakan hasil persilangan tahun 1967 yang dilakukan di Bogor oleh Balai Penelitian Bogor.  Seleksi tanaman semaian dilakukan di Kebun Percobaan Ciomas Bogor.  Registrasi lama klon ini adalah TMS (Tjiomas) dengan seri 5000.  Dari hasil pengujian pendahuluan tersebut, genotipe yang terpilih kemudian dinamakan dengan klon seri RM.  Pengujian di Kebun Percobaan Sembawa dilakukan sejak tahun tanam 1973/1974.  Nomor registrasi genotipe dan penamaan klon untuk pelepasan disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1.  Nomor registrasi, nama klon yang dilepas dan tetuanya

No
Registrasi lama
Nama klon yang dilepas
Tetua persilangan
Seri TMS
Seri RM
1
TMS 5079
RM 39
IRR 39
LCB 1320 x FX 25
2
TMS 5082
RM 42
IRR 42
LCB 1320 x F 351

Potensi keunggulan suatu klon karet akan dilihat dari hasil pengujian yang dilakukan dan dibandingkan dengan klon standar yang digunakan sebagai kontrol.  Sebagai klon pembanding biasanya digunakan klon-klon yang banyak dikembangkan pada saat pengujian berlangsung, dalam hal ini adalah GT 1.  Untuk melihat potensi keunggulan klon tentu saja dilihat dari produksi lateks, pertumbuhan lilit batang dan tebal kulit, sifat sekunder terutama ketahanan terhadap penyakit daun dan juga spesifikasi dari mutu lateks dan karet yangs sesuai untuk pengolahan produk tertentu.







      Produksi

Klon
Produksi karet kering (kg/p/th) pada thn sadap ke
Komulatif
Rata
1
2
3
4
5
7
8

IRR 39
IRR 42
GT1

3.55
3.66
4.08

3.72
4.14
4.10

2.57
3.58
2.18

2.19
6.21
3.30

5.17
6.66
4.60

5.96
7.53
4.84

6.06
8.00
4.02

29.22 (108)
39.78 (146)
27.12 (100)

4.17
5.68
3.87


Dari hasil pengamatan produksi karet kering, tampak bahwa kedua klon tersebut mempunyai produksi di atas pembanding GT 1, bahkan untuk klon IRR 42 hampir 1.5 kali dari GT 1.

         Pertumbuhan

Klon
Lilit batang (cm) pada umur
Laju pertumbuhan (cm/th)
2
3
4
5
Pra sadap
Pasca sadap

IRR 39
IRR 42
GT1

21.00
24.50
19.90

36.06
29.15
29.05

48.26
50.98
43.39

61.58
51.41
51.20

13.53
  8.97
10.43

4.58
2.03
1.47


Klon
Tebal kulit
Perawan A
Perawan B
Pulihan A
IRR 39
IRR 42
GT1
7.09
6.50
5.42
6.69
6.29
5.74
6.54
6.33
4.24

Data pertumbuhan yang diamati meliputi lilit batang dan tebal kulit.  Dari Tabel pengamatan lilit batang bahwa laju pertumbuhan sebelum sadap mencapai 9 – 13.5 cm/th.  Dari data ini tampak bahwa kedua klon dapat mencapai matang sadap pada umur 4 tahun.  Sedangkan pertambahan lilit batang setelah sadap mencapai 2-4.5 cm/th.
Untuk mengetahui potensi volume biomasa dan kayu gergajian, dihitung dengan mengggunakan rumus pendekatan berdasarkan lilit batang (Shorrock (1965)

Vol biomassa: Wg x BD,

Wg :bobot biomasa : 0.002604 G 2.78,

Wg : bobot tajuk (kg),  G : lilit batang pada ketinggian 100 cm dpo

BD : bobot jenis kayu karet (= 0.61)
 (bobotnya 0.61 ton pada volume 1 m3)

Estimasi volume kayu gergajian dihitung dengan rumus :

Volume (m3) : [{ (lilit batang)2 x 3.5}/4] /10 000,
           
Lilit batang diukur  pada ketinggian 100 m dpo, panjang batang asumsi 3.5 meter.


No
Klon Karet
Tinggi batang
Vol Biomasa pada umur
Vol kayu gergajian pada umur
5
10
5
10
25
1
2
IRR 39
IRR 42
6.0
6.5
0.40
0.24
1.03
0.86
0.11
0.07
0.21
0.18
0.82
0.41

GT1

0.24
0.46
0.07
0.12


Data pengamatan tebal kulit menunjukkan bahwa kedua klon mempunyai pertumbuhan kulit yang bagus, sehingga kulit pulihannya sudah mampu disadap kembali setelah 5 tahun sadap.


          Ketahanan penyakit
Dari pengamatan ketahanan terhadap penyakit terutama penyakit daun, kedua klon tersebut mempunyai ketahanan yang cukup bagus.  Untuk klon IRR 39 dilaporkan bahwa serangan penyakit gugur daun di lapangan untuk Colletotrichum dan Oidium pada klon ini rendah berturut-turut adalah 2.96 % dan 2.35 %.  Sedangkan untuk Crynespora belum ada laporan.
Dari hasil evaluasi dilapangan, klon IRR 42 dinilai resisten terhadap gangguan penyakit gugur daun Colletotrichum, Corynespora dan Oidium  

Mutu lateks dan sifat karet
      Hasil pengamatan Kadar Karet Kering (KKK) lateks klon IRR 39 adalah 35,1%.  Dari hasil analisis karakteristik mutu lateks klon  IRR 39  mempunyai nilai Po sebesar 54, PRI : 77, Vr : 97, kadar Mg : 39,4 dan nilai Lovibond sebesar 7.  Dengan karakteristik mutu lateks tersebut maka lateksnya dapat diproses menjadi SIR 3 WF.  Sedangkan hasil pengamatan Kadar Karet Kering (KKK) lateks untuk klon IRR 42 adalah 36,5%.  Dari hasil analisis karakteristik mutu lateksnya mempunyai nilai Po sebesar 54, PRI : 72, Vr : 105, kadar Mg : 50,4 dan nilai Lovibond sebesar 10. Dengan karakteristik mutu lateks tersebut maka lateksnya dapat diproses menjadi SIR-5

Pengembangan Klon IRR 39 dan IRR 42
      Pengembangan tanaman karet pada masa mendatang tampaknya akan lebih mengarah pada usaha yang tidak saja menghasilkan lateks tetapi juga mengarah pada hasil kayu maka pengembangan kedua klon ini akan cukup baik.  Untuk mendukung permintaan bahan tanam kedua klon tersebut saat ini di KP Sembawa telah tersedia berupa kebun kayu okulasi (kebun entres) sebanyak 8600 batang atau 1 ha untuk IRR  39 dan 1000 batang  untuk IRR 42.  Khusus untuk klon IRR 42 jumlah ini terus akan ditambah secara bertahap dengan cara menggantikan klon-klon lama yang sudah tidak diminati oleh para konsumen.
Kedua klon ini dan beberapa klon lain, telah ditanam pada beberapa lokasi baik untuk perkebunan besar maupun untuk rakyat melalui Dinas perkebunan setempat yang masih bersifat uji coba.  Sebaran klon-klon tersebut adalah sebagai berikut:

1.            PT MHP (SUM-SEL, berupa kebun entres)
IRR 39 : 278 btg IRR 41 : 211 btg, dan IRR44 : 222 btg. Tahun : Oktober 2000

2.            PT BRK SUM-SEL : IRR 39 :4375 OMT, IRR 44 : 89225 OMT.  Tahun : Januari 1999

3.            PT LONSUM : IRR 39 ditanam dengan perlakuan 2 populasi (500 dan 1000 p/ha) tahun tanam : 1997

4.            PTPN VII (LAMPUNG) : Dd kebun Bergen : IRR 32, IRR 39, IRR 41, IRR 44 Tahun tanam  1999

5.            PTPN VIII (JAWA BARAT) : Di Sukabumi IRR 32 : 475 OMT, IRR 39 : 2850 OMT. TH : MEI 2000 (belum termonitor)

6.            PTPN XII (Jawa Timur) : IRR 21, IRR 24, IRR 39, IRR 44, IRR 100, IRR 111, IRR 117. Tahun Tanam : Desember 1996

7.            PTPN XIII (Kalimantan Selatan): Danau Salak, IRR 24 : 660 OMT, IRR 32 : 330 OMT, IRR 39 : 660 OMT, IRR 41 : 660 OMT, IRR 44 : 990 OMT dan IRR SERI 100 (Agustus 2000)

8.            Disbun Kal Sel : IRR 24, IRR 32, IRR 39, IRR 41, IRR 44 : 10 OMT/klon, Tahun: Juli 2000 berupa Kebun Entres
9.            Disbun Jambi : Proyek  OECF di Sebapo IRR 39 dan IRR 44, masing-masing 1 ha di lahan petani (tahun tanam 2000/2001)

10.        Disbun Kal Teng (Muara) : IRR 33, IRR 39, IRR 44 : 20.000 OMT berupa kebun  entres (Tahun tanam : 1999)

11.       Klon IRR 5, IRR 32, dan IRR 39 pada 5 penangkar di Kabupaten Banyuasin  dengan sistem Waralaba berbantuan (Tahun tanam 2002)

  1. Di Jawa Timur : Unit Usaha Tretes PTPN XII Jawa Timur sebagai percobaan untuk mencari klon yang sesuai untuk wilayah kering (Tahun tanam 2002).





Klon Unggul Lateks – Kayu dari Malaysia
Pada tahun 1995 The Malaysian Rubber Board (MRB) meluncurkan klon unggul  seri  RRIM 2000  yakni (RRIM 2001,RRIM 2002, RRIM 2008, RRIM 2009, RRIM 2014,RRIM 2015, RRIM 2016 dan RRIM 2020 ). Pada tahun 1998 kembali meluncurkan klon terbaru yakni RRIM 2023,RRIM 2024, RRIM 2025, RRIM 2026. Klon lateks kayu  RRIM 2023,RRIM 2024, RRIM 2025, RRIM 2026 .
Klon karet seri RRIM 2000 ini jauh lebih baik dibandingkan dengan RRIM 600.

Klon 1Malaysia  atau RRIM 3001  dari MRB (The Malaysian Rubber Board) dengan yield 3,000kg/ha/year. Diluncurkan tahun 2009.
      Klon 1Malaysia ini telah di uji coba selama 10 tahun di lebih dari 100 hektar kebun karet di Selangor,Johor, Pahang, Kedah dan Serawak. Menurut direktur jenderal MRB Datuk Dr.Kamarul Baharain Basir, klon ini dapat didapat mencapai matang sadap ( TM ) hanya perlu waktu 4,5 tahun dibandingkan dengan klon-klon lain yang perlu 6 tahun. Selain itu klon ini dapat meningkatkan 30% hasil sadap yaitu dapat mencapai 3,000 kg/hektar/tahun dibanding klon biasa yang hanya mencapai 2,200 kg/hektar/tahun. Dapat menghasilkan kayu 2 m3 k setelah 15 tahun. Tahaun Penyakit. Klon ini didistribusikan oleh RISDA (Rubber Industry Smallholder Development Authority) dan akan dijual 2,5 Ringgit Malaysia.

Rekomendasi Penanaman Karet dari untuk anggota  International Rubber Research & Development Board  (IRRDB) tahun 1999-2005 :
1. The Malaysian Rubber Board
·  Group 1 : Merupakan klon karet yang track recordnya telah diketahui minimum 5 tahun  data percobaan dan pegamatan . Klon ini disarankan untuk perkebunan swasta dan perkebunan rakyat. Yang terdiri dari :
Klon Lateks - Kayu
RRIM 908, RRIM 911, RRIM 921, RRIM 936, PB 260. PB 350, PB 355 and
PB359
Klon Lateks
RRIM 901, RRIM 937, RRIM 938. RRIM 940, PB 280. PB 366 and PM 10
·  Group 2 : merupakan klon keluaran terbaru yang memiliki sifat-sifat unggul pada saat percobaan awal di perkebunan dengan skala yang kecil. Namun penyelidikan keunggulan klon ini terhadap perbedaan kesuburan tanah, lingkungan, iklim  belum dilakukan. Klon ini terdiri dari :
Klon Lateks - Kayu
RRIM 928, RRIM 929, RRIM 2001, RRIM 2002, RRIM 2008, RRIM 2009,
RRIM 2014, RRIM 2015, RRIM 2016, RRIM 2020, RRIM 2023, RRIM 2024,
RRIM 2025. RRIM 2026 and RRIM 2027.
Latex Clones
RRIM 924, RRIM 926, RRIM 927, RRIM 930, RRIM 931, RRIM 932 RRIM
933, RRIM 934, RRIM 935, RRIM 942, RRIM 943, RRIM 2003 RRIM 2004
RRIM 2005, RRIM 2006, RRIM 2007, RRIM 2010, RRIM 2011, RRIM 2012'
RRIM 2013, RRIM 2017, RRIM 2018, RRIM 2019, RRIM 2021 and RRIM
2022.

·  Group 3 : Merupakan klon untuk produksi karet kayu.  Klon dibawah ini dapat menghasilkan kayu karet dan lateks yang baik .  yaitu sbb :
RRIM 908, RRIM 911 RRIM921, RRIM 936, PB 260, PB 350, PB 355 and PB 359 dari Group 1,
RRIM928, RRIM 929, RRIM 2001, RRIM 2002. RRIM 2008. RRIM 2009 RRIM
2014, RRIM 2015, RRIM 2016, RRIM 2020. RRIM 2023, RRIM 2024 RRIM
2025, RRIM 2026 and RRJM 2027 dari Group 2.

2. Indonesian Rubber Research Institute
·  Group 1 : Klon Komersial yang disarankan yang terdiri dari :
Klon Latex : BPM 24, BPM 107, BPM 109, PB 217, PB 260, PR 255, PR 261, IRR 104
Klon Latex- Kayu : AVROS 2037, BPM 1, PB 330, RRIC 100, IRR 5, IRR 21, IRR 32, IRR 39,IRR 42, IRR 118
Klon Kayu  : IRR 70, IRR 71, IRR 72, IRR 78.
·  Group 2 : disebut Klon harapan : PB 340, IRR 24, IRR 33, IRR 41, IRR 54, IRR 64, IRR 68, IRR 107. IRR 111, IRR 220.

3. Rubber Research Institute of Thailand
·  Group 1 : Merupakan klon yang cocok untuk perkebunan skala besar ,yaitu klon :
RRIT 251, Songkhia 36, BPM 24, PB 255, PB 260, PR 255, RRIC 110, RRIM 600.
·  Group 2 : Merupakan klon yang informasinya masih terbatas dan masih diragukan. Untuk percobaan, Petani tidak disarankan menanam lebih dari 30 batang di satu area : Klon tersebut adalah : RRIT 226, RRIT 250, BPM 1, PB 235, RRIC 100, RRIC 101
·  Group 3 : Merupakan klon yang informasinya lebih terbatas lagi dan sedang dipelajari karakteristiknya. Petani tidak disarankan menanam klon ini terlalu banyak ,klon ini adalah : RRIT 163. RRIT 209, ROT 214, ROTTO, RRIT 225. Haiken 2. PR 302, PR
305, RRIC 121

4. Rubber Research Institute of Vietnam
·  Group 1 : merupakan klon yang telah diujicoba dan telah banyak ditanam , track record klon ini telah diyakini karena telah diuji coba minimum 5 tahun. Merupakan klon yang disarankan untuk ditanam, klon ini adalah : RRIV 4 (LH82), RJUV 2 (LH82/156). PB 255, PB 260, GT1 and RRIM 600 .
·  Group 2 : Klon ini pernah ditanam dan menghasilkan hasil yang baik, meskipun informasi hasil latexnya dan karakteristiknya masih belum begitu diketahui. Klon ini boleh ditanam sampai 49% dari total jumlah batang di tanam disuatu area. Klon ini adalah : RRIC 121, RRIM 600, RRIV 3, (LH 82/158), VM 515, GT1, PB 255, RRIC 100, RRIV 2 (LH 82/156), RIV 4 (LH 82/182), RRIM 712 and PB 260.
·  Group 3 : Klon kelompok ini menuntukkan hasil yang sangat baik setelah melalui percobaan skala kecil, tetapi data klon ini masih terbatas. Klon ini masih harus dicoba ditanam pada skala yang lebih besar. Klon ini adalah : RRTV 1, RRIV 5. LH 82/75. LH 8M2, LH 83/85, LH 83/152, LH 83/283, LH83/290, LH 83/732, LH 88/61. LH 88/72, LH 88/236, LH 88/241, IRCA 130,IRCA 230, IRCA 331, PB 312, PB 324, PB 330.

5. Rubber Research Institute of India
·     Group 1 : Klon kelompok ini telah ditanam pada skala besar dan telah diakui hasilnya.  Tetapi direkomendasi hanya ditanam 50% dari total jumlah tanaman karet yang akan ditanam di suatu area. Klon ini adalah : RRII 105 and PB 260 (Juga RRIM 600 dan GT 1 ).
·     Group 2 :  Merupakan klon yang menghasilkan hasil latex dan kayu yang baik sekali dan menjanjikan. Boleh ditanam lebih dari 50% dari total jumlah tanaman karet yang akan ditanam di suatu area. Klon ini adalah : RRIM 600. GT 1, PB 28/59, PB 217 and RRIM 703
·     Group 3 : Terbagi atas 4 bagian , yaitu :
a)   RRII 5, RRH 203. PR 255, PR 261. PB 235, PB 280 and PB 311
b)   Tjir I, PB 86, GI 1,PR 107, PB6/9 and PB 5/51
c)   RRIM 605, SQQM 623, RRIM 628, RRIM 701, RRII 118, RRII 208 and poly  seeds form approved source.
d)   RRH 50, RIUI 51, RRH 109, RRII 114 RRH 176, RRII 300. RRII 308.RRIM 722, RRIM 728, PB 255, PB 312, PB 314, PB 330, RRIC 36. RRIC100, RRIC 102, RRIC 104, RRIC 105, ?0 130, Nab 17, KRS 25, KRS128, KRS l<y, SCATC 88-13, SCATC 93-114, Haiken 1, IRCA 109,IRCA 111, IRCA 130, IRCA 230, BPM 24, RRII 414. RRII 417, RRII 422, RRII 429, and RRII 430.
Bagian a) merupakan klon yang telah diujicoba pada skala kecil dan hasilnya sangat baik baik di india maupun di luar negaeri, bagian b) merupakan klon pilihan yang memiliki hasil yang sangat baik di daerah India. Bagian c) merupaka klon yang sedang diujicoba dan kemungkinan memiliki hasil yang baik. Bagian d) merupakan klon pilihan dari setiap perkebunan kecil yang telah diakui petani.

6.   Chinese Academy of Tropical Agricultural Sciences (CATAS)
·        Group 1 : Merupakan klon yang ditanam lebih dari 65% dari total area yang ditanam sekarang , klon ini adalah : RRIM 600, PR 107, Haiken 2. Reken 1-26, Wenchang 217, Wcnchang 11, Reyan 7-33-97, Dafeng 95, Yunyan 77-2. Yunyan 77-4, GT1, 93-114.
·        Group 2 : Merupakan klon yang ditanam 25% atau kurang dari total area yang ditanam sekarang , klon ini adalah : IAN 873, Boating 235, Baling 64.36-101, Nanfeng 37,PB 260, Boating 3410,Daling 68-35. Wenchang 33-24, PR 302, Boating N1, Reyan 7-18-55,Wenchang 7-35-11, RRIC 110. Dafeng 117, Haiken 6, Reyan 8-333, Yunyan73-46, Baoting 032-33-10, Hongxing 1, Reyan 8-79., Reyan 88-l3.
·        Group 3 : Merupakan klon yang ditanam sangat sedikit dari total area yang ditanam sekarang , klon  ini adalah : BPM 24, PR 261, RRIC 100, RRIM 703, Boating 1-285, Boating 933, Dafeng 318, Dafeng 78-138, Dafeng 78-14, Dafeng 78-184. Dafeng 78-25, Dafeng 78-50, Dafeng 99, Daling 17-155, Daling 64-21-65. Daling 798. Nanfeng 70,Reyan 2-14-39, Reyan 4, Reyan 541; Reyan 78-3-5, Wenchang 217,Wenchang 65-8-502, Wenchang 8-32-9, Xvyu 140-2, Xvyu 141-2, Yunyan 73-477, Yunyan 75-11, Zhanshi 312-4, Zhenxuan 1.
  1. Rubber Research Institute of Cambodia
·        Group 1 : Klon ini memiliki hasil yang tinggi dan aman , yaitu : GT1,RRIM600,PB235
·        Group 2 : Klon ini memiliki hasil yang tinggi tetapi informasinya masih sangat sedikit , Klon ini adalah : KV4(VM515),RRIC110,RRIC121,PB217,PB324,PR107.
·        Group 3 :  Kon ini memiliki hasil yang baik tetapi masih sedikit ditanam , yaitu : PB255, PB260, PB230, PB330, RRIC100, RRIM712, IRCA18, IRCA  41,
IRCA 130, IRCA2
·        Group 4 : Klon hasil uji coba.

  1. Rubber Research Institute of Sri Lanka
·        Group 1 : Klon yang telah banyak ditanam dan hasilnya telah terbukti ,yaitu : RRIC 100, RRIC 102. RRIC 121, RRIC BO'-PB 217"''PB 28/59"'
·        Group 2 : Merupakan klon yang relative baru tetapi menjanjikan hasil yang baik , yaitu : RRIC 117, RRIC 131, RRIC 133. RRISL 201, RRISL 202, RRISL 203,
RRISL 205, RRISL 206, RRISL 210. RRISL 211. RRISL 215, RRISL 217, PB
2351,PB260t,BPM24
·        Group 3 : Merupakan klon yang informasinya masih terbatas dan sedang dalam percobaan , yaitu : RMSL 200. RRISL 204, RRISL 208, RRISL 218, RRISL 219, RRISL 220,
RRISL 221, RRISL 222, RRISL 225, RRISL 226, RRISL 227. GPS 1. RRIM
717, PB 255, PR 255, PR 305, RRII 105, RRISL 2QOO, RRISL 2001, RRISL
2002, RRISL 2003, RRISL 2004, RRISL 2005. RRISL 2006.


4.   BUDI DAYA TANAMAN KARET
      a. Syarat-syarat Tumbuh Tanaman Karet
   1.Tanah : Tanah harus gembur , Kedalaman antara 1-2 meter , Tidak bercadas , PH  tanah 3,5 – 7,0, Ketinggian tempat anatara 0 – 400 meter, paling baik pada ketinggian 0 – 200 meter, setiap kenaikan 200 meter matang sedap terlambat 6 bulan.
   2. Iklim :
-           Curah hujan minimum 1.500 mm pertahun, jumlah hari hujan 100 – 150 hari, curah hujan optimum 2.500 – 4.000 mm.
-           Hujan selain bermanfaat bagi pertumbuhan karet, ada hubungannya dengan pemungutan hasil, terutama jumlah hari hujan sering turun pada pagi hari
-           Unsur angin berpengaruh terhadap ;
-           Kerusakan tanaman akibat angin kencang,
-           Kelembaban sekitar tanaman,
-           Produksi akan berkurang.

b. Cara Mempersiapkan Lahan

  1.   Pengolahan Lahan.

1.    Penebangan dan pembakaran pohon yang ada pada lahan.
2.    Penyacaran lahan dari rumput yang ada.
3.    Pembajakan dengan traktor atau penggarpuan/pencangkulan dilakukan 3
kali, dengan tenggang waktu 1 bula, setelah pembajakan ke 3 lahan dibiarkan 2 minggu baru digaru.

              2.  Pencegahan Erosi

1.    Pembuatan teras, baik teras individu maupun teras bersambung di sesuaikan dengan kemiringan lahan.
2.    Pembuatan parit dan rorak, parit dibuat sejajar dengan lereng,saluran drainase memotong lereng dan rorak dibuat diantara barisan.
3.    Pengairan, untuk menentukan letak tanaman dan meluruskan dalam barisan dengan cara sebagai berikut :
-     Tentukan arah Timur-Barat (TB) atau  Utara-Selatan (US).
-     Ukur pada TB jarak 6 meter atau 7 meter  dan 3 meter dari arah US.
4. Penanaman penutup tanah, kegunaaanya : melindungi tanah dari sinar matahari langsung, erosi,  menekan pertumbuhan gulma, dan sebagai media hidup cacing.

c.   Pembibitan
1.   Jenis-jenis Perkembangbiakan Tanaman
Perbanyakan tanaman dilakukan dengan menggunakan bahan tanam. Bahan tanam adalah tanaman atau bagian tanaman yang bisa dipergunakan untuk mengembangbiakkan tanaman. Bahan tanam bisa berupa biji atau benih tetapi bisa juga berupa bibit. Bibit dapat diperoleh secara generatif  ataupun bisa berasal dari pembiakan secara vegetatif.
Secara garis besar, perkembangbiakan tanaman dapat dibagi menjadi dua, yaitu :
1. Perkembangbiakan secara generatif (sexual)
2. Perkembangbiakan secara vegetatif (a sexual)
Perkembangbiakan secara generatif (Seksual)
      Bahan tanaman dalam perkembangbiakan generatif berasal dari biji (benih). Benih ini bisa ditanam secara langsung di tempat penanamannya yang tetap, maupun disemaikan dulu di tempat pesemaian.
      Keuntungan penanaman secara langsung ditempat penanamannya yang tetap adalah tidak perlu repot-repot memindahtanamkan lagi dan lebih gampang dilakukan, tanaman baru memiliki sifat yang sama dengan induknya, perakarannya kuat. Hanya saja sebelum ditanam perlu diadakan seleksi benih terlebih dahulu (hanya benih yang berkualitas baik yang ditanam). Kelemahannya apabila tanaman tersebut berupa pohon, dalam menghasilkan buah diperlukan waktu yang relatif lama dibandingkan tanaman yang berasal dari bibit vegetatif dan sering didapat sifat yang tidak sama dengan induknya.
      Perbanyakan tanaman secara generatif biasanya menghasilkan tanaman atau keturunan yang mempunyai sifat-sifat genetis yang berbeda dengan pohon induknya dan juga belum tentu mempunyai sifat-sifat baik seperti yang dimiliki oleh pohon induknya. Tanaman yang terus menerus diperbanyak dengan bijinya dapat mengalami degenerasi/kemunduran. Selain itu tanaman asal biji untuk dapat dipungut hasilnya memerlukan waktu yang cukup lama. Namun demikian perakaran tanaman yang berasal dari biji biasanya lebih kuat.
      Adakalanya sebelum ditanam di tempat yang tetap, benih disemaikan terlebih dahulu. Dengan demikian yang ditanam di kebun  berupa bibit yang sudah cukup kuat. Pesemaian sebaiknya dibuat dekat dengan tempat tanamnya agar mudah dalam pengangkutannya ke lapang.

Beberapa persyaratan cara pelaksanaan pesemaian yang baik adalah :
1.Yang disemaikan biasanya tanaman yang lemah, tidak kuat kalau langsung ditanam di tempat yang tetap.
2.Tempat menyemai berupa bedengan khusus, diberi atap peneduh untuk   mencegah   curahan hujan jangan sampai merusak benih yang masih lemah.
3.Tanah pesemaian harus subur dan gembur.
4.Tempat pesemaian harus aman dari gangguan binatang.
5.Penyiraman dilakukan dengan menggunakan gembor.
6.Sebaiknya tanaman baru dipindahkan ke tempat penanamannya setelah cukup kuat.
7.Ada baiknya apabila bibit terlebih dahulu dipindahkan ke polibag, menunggu saat ditanam di tempat penanamannya.
8. Tanaman muda yang baru dipindah perlu diberi pelindung.

Perkembangbiakan secara vegetatif  (A Seksual)
      Pembiakan vegetatif berusaha membuat tanaman baru dari bagian tanaman yang bukan biji; bagian batang, cabang, akar, jaringan/sel, dan sebagainya.
      Sebab-sebab utama dilakukan perkembangbiakan vegetatif adalah karena banyak tanaman yang tidak mempunyai sifat sebaik induknya bila dilakukan pembiakan secara generatif atau menggunakan biji; ada perubahan pada mutunya. Sebab-sebab lainnya yaitu :
1.   Karena tanaman tidak menghasilkan biji atau hanya sedikit menghasilkan biji.
2.   Tanaman tersebut bisa menghasilkan biji tetapi sukar untuk berkecambah.
3.   Mungkin karena lebih ekonomis.

Cara pembiakan vegetatif dibagi 2 golongan :
1. Secara alamiah : - penggunaan biji apomiktik
                               - penggunaan bagian-bagian khusus tanaman   
2. Secara buatan : - dengan bantuan manusia

Beberapa cara pembiakan secara vegetatif  :
1. Secara alamiah
a.  Penggunaan biji apomiktik (nucellar seedling), yaitu perkembangbiakan embryo/biji tanpa kawin. Bisa terbentuk langsung dari sel diploid atau dari sel-sel jaringan nucellus.
b. Penggunaan bagian-bagian khusus tanaman, antara lain :
    - Umbi (umbi lapis/bulp, umbi sisik/corm, umbi batang/tuber, umbi akar)   
    - Rhizoma (akar batang)              
    - Runner (stolon/akar rimpang/sulur)
    - Anakan


2. Secara buatan
    - Rundukan (layering)                           
    - Cangkok                                                        
    - Setek                                     
    - Okulasi (budbing/menempel)           
    - Sambung Pucuk
    - Penyusuan
    - Kultur Jaringan
2.  Perkembangbiakan tanaman karet denga cara Okulasi (Grafting)
Cara lain perbanyakan yang paling sering dilakukan untuk tanaman karet adalah secara vegetatif yaitu dengan okulasi tanaman. Okulasi merupakan penempelan mata tunas dari tanaman Batang atas ke tanaman Batang bawah yang keduanya merupakan tanaman klon unggul. Dengan cara ini terjadi penggabungan sifat-sifat baik dari tanaman akan memperlihatkan pertumbuhan yang seragam. Dengan menggabungkan dua klon yang baik maka akan menghasilkan bibit yang mempunyai potensi produksi yang lebih tinggi. Bibit ini berupa stum mata tidur, stum mini , stum tinggi atau bibit dalam polybag. Okulasi sebaiknya dilaksanakan pada awal atau akhir musim hujan .

Bebarapa Istilah dalam Okulasi :
    1. Batang Bawah (Rootstock) : Adalah tanaman yang masih muda ditanam secara generatif dari biji, dipakai untuk tempat tumbuhnya mata tunas yang diambil  dari batang atas. Biji yang ditanam  untuuk batang bawah harus diketahui pohon induknya dan merupakan klon yang direkomendasikan oleh Balai Penelitian Karet untuk batang bawah. Klon yang dianjurkan untuk batang bawa adalah klon GT.1, LCB 1320 dan AVROS 2037. Tanaman untuk batang bawah harus disiapkan ditanam 1-1.5 tahun sebelum okulasi, sudah dapat diokulasi minimal diameter batangnya sudah mencapai 2.5 cm.
    2. Batang Atas (Scion) : adalah tanaman yang akan diambil mata tunasnya yang akan ditempelkan kepada batang bawah. Berbeda dengan tanaman untuk batang bawah harus dari biji, batang atas diambil dari tanaman dari kebun entres atau tanaman yang sudah tua. Tanaman batang atas harus diketahui jenis klonnya, karena dari batang ataslah akan disadap dan akan menghasilkan lateks. Klon anjuran komersial untuk tahun 2006-2010 yang dikeluarkan oleh Pusat Penelitian Tanjung Morawa adalah :
Klon penghasil lateks : BPM 24,BPM107,BPM 109, IRR 104,PB 217, PB 260.
Klon penghasil lateks dan kayu adalah : BPM 1, PB 330, PB 340, RRIC 100, AVROS 2037, IRR 32, IRR 39, IRR 42, IRR 112, IRR 118.
    1. Kayu Okulasi adalah : tunas muda dari pohon induk atau dari pohon di kebun entres yang memiliki mata tunas untuk dijadikan okulasi. Mata tunas bias juga dari dahan yang agak tua tapi susah dibedakan  tunas yang baik dan tidak baik.  Sebaiknya diambil dari kebun entres karet  kebun entres yang disiapkan mrupakan kebun bibit unggul sesuai dengan rekomendasi Balai Penelitian Karet. Entres dapat dibeli dari kebun-kebun entres seandainya tidak memiliki kebun entres sendiri. Perlakuannya harus hati-hati supaya entres yang dipakai tetap prima dihindari kerusakan karena mekanis. Biasanya entres dipotong sepanjang 1 m kedua ujungnya dicelupkan ke paraffin untuk mengurangi penguapan. Entres dimasukkan kedalam plastic kemudian dimasukkan kedalampeti disisipkan sabut kelapa atau serbuk gergaji diberi air supaya lembab.
    2. Kebun entres adalah : Kebun yang disiapkan untuk menghasilkan mata tunas yang akan dipakai sebagai batang atas pada saat okulasi. Lokasi kebun entres harus memiliki topografi datar, kemiringan 0-10 persen dan struktur tanah yang baik, dekat dengan sumber air , bebas dari sumber penyakit dan dekat dengan lokasi pembibitan batang bawah.
    3. Penanaman kebun entres .
·        Jarak tanam 1 x 1 m  dengan populasi per hektar 8400 pohon.
·        Batas antar petak dibuat jalan selebar 1,5 – 2 meter. Setiap petak berisi 100 pohon.
·        Ukuran lobang 60x40x40 cm. Dua minggu sebelum tanam, lobang tanam ditabur pupuk dasar fosfat alam 250 gr/lobang.
·        Bahan tanam adalah bibit dalam polybag sudah dua paying.
·        Dikelompokkan berdasarkan klon, diberi label.





 




             Gambar. Diagram kebun entres  dan klon karet RRIC 100 di kebun entres .


    1. Pemeliharaan kebun entres.
·  Penyiangan gulma selama 6 bulan pertama secara manual dengan rotasi 2-3 bulan sekali. Setelah 6 bula secara kimia dengan rotasi selama 3 bulan.
·  Tunas liar yang tumbuh dari batang bawah atau tunas entres harus dibuang.
·  Pupuk diberikan pada saat tanah lembab dan bebas gulma, ditabur merata diantara barisan .
Dosis pemupukan : Gram / Pohon
Jenis
1 Tahun
2 Tahun
> 3 Tahun
Urea
30
40
60
TSP
25
30
30
KCL
25
30
40
Kieserit
10
10
15

    1. Panen Batang Entres
·        1 (satu) meter tahun 1
·        2 (dua) meter tahun 2
·        4 (empat) meter tahun 3 dan seterusnya
·        10 mata efektif / meter
·        Dipanen pada waktu berdaun tua.


Ada 3 macam okulasi: Okulasi coklat dan okulasi hijau.
Keterangan
Okulasi Dini
Okulasi Hijau
Okulasi Coklat
Umur batang bawah
2-3 Bulan
3-8 bln
8-18 bulan
Diameter batang 10 cm dari tanah
0,5 cm
1 – 1,5 cm
+ 2 cm
Kayu okulasi
Dari kebun entres umur 3-4 minggu, berwarna hijau muda
Dari kebun entres umur 3 - 4 bln, warna masih hijau atau telah terbentuk 1-2 payung.
Dari kebun entres, warna hijau tua dan coklat, diameter 2,5 – 4 cm.
Sumber : Balai Penelitian Sembawa

Mempersiapkan Bibit Batang Bawah
 Bibit Batang Bawah
·        Bibit yang umum digunakan untuk peremajaan diperkebunan rakyat maupun perkebunan besar adalah bibit okulasi. Bibit okulasi diperoleh dari bibit asal biji sebagai batang bawanya dan dari kebun entres sebagai batang atasnya.
·        Penyiapan dan Penyediaan biji untuk batang bawah bukan hal baru namun banyak hal yang sederhana kurang diperhatikan  sehingga kurang berhasil.
·        Biji karet merupakan hasil persarian benar sari dan putik. Biji yang digunakan pada batang bawah adalah biji yang diperoleh dari penyerbukan silang yang bunga betina dan jantannya diketahui dengan pasti (biji legation).
·        Pemilihan biji yang baik didasarkan atas kemurnian klon, ukuran biji dari masing-masingklon, kesegaran dan daya kecambah biji. Suatu cara sederhana menentukan biji yang baik adalah menjatuhkannya ke ubin. Biji terpental atau melenting ,bila direndam akan terapung 1/3 bagian dan 2/3 bagian lain terendam, maka artinya bijinya baik.
·        Kesegaran biji perlu diperhatikan karena biji tidak boleh disimpan terlalu lama.
Perkecambahan biji
·        Biji karet dapat langsung ditanam di kebun, namun untuk memperkecil kegagalan perkecambahan biji, maka biji perlu dikecambahkan dulu yaitu dengan cara :
·        Biji diletakkan diantara lapisan karung goni yang selalu basah dan ditempatkan di tempat yang teduh.
·        Biji diletakkan di sebuah peti berisi tanah halus yang diatasnya ditaburi pasir setebal 3-5 centi. Biji ini ditekan sedalam ¾ ukuran biji. Perut  biji karet harus terletak di bawah agar tumbuhnya akar lurus. Jika letaknya terbalik maka akarnya akan tumbuh melingkar. Tempat  pengecambahan perlu disiram air secara perlahan 2 x sehari.

Penyemaian Biji
·        Biji yang telah berkecambah dipindahkan ke areal persemaian. Ada dua cara persemaian yaitu persemaian lapangan dan persemaian diplastik polybag.
·        Pemindahan kecambah harus segera mungkin dilakukan, dimana semakin muda  tingkat pertumbuhan kecambahnya semakin baik dan semakin mudah untuk dipindah ke persemaian.
·        Kecambah yang baik adalah stadium jarum atau stadium pancing, belum menampakkan  sepasang daun, karena kecambah yang sudah berdaun mudah layu dan mati. Kecambah yang baik ditanam adalah yang memiliki akar tunggang yang tumbuhnya lurus. Pada saat pemindahan sebaiknya akar tunggangnya jangan tersentuh / patah dan  dilakukan pada pagi hari jam 10.00 atau sore hari jam 16.00.
Persemaian di lapangan
·        Lokasi untuk persemaian lapangannya tanahnya diusahakan datar . Tanah dipilih yang subur dan remah gembur, berhumus dan lokasinya dekat dengan sumber air.
·        Tanah diolah dicangkul sedalam 50-70 cm, diusahakan tanah lapisan atas tidak tertindih oleh lapisan bawah. Setelah tanah bersih dan rata kemudian dibentuk bedengan panjang sekitar 25 m dan lebar 12 m.
·        Untuk 1 hektar terdapat 36 bedengan, bedengan tidak perlu diberi atap. Kecambah ditanam dengan akar tunggang lurus kedalam tanah, lalu tanahnya ditekan agar rapat kembali. Akar tunggang yang sudah tumbuh agak panjang sebaiknya dibuatkan lubang terlebih dahulu , tetapi jika akar tunggangnya baru keluar, maka lubangnya tidak perlu, cukup dengan menekan bijinya ¾ ukuran biji kedalam tanah.
·        Pemeliharaan pembibitan meliputi pemupukan, penyiangan dan pengendalain hama serta penyiraman. Untuk mendorong pertumbuhan bibit maka  perlu diberi pupuk NPK, sebanyak 10 gram per bibit setelah bibit berumur satu bulan. Pemberiannya dengan cara membuat parit melingkar bibit dengan bantuan kayu. Jarak parit dari bibit sekitar 7 cm, setelah pupuk ditaburkan kemudian paritnya ditutup kembali. Tiga bulan kemudian diberipupuk yang kedua sebanyak 15 gr per bibit, dengan menaburkan diantara barisan bibit dan digemburkan untuk memudahkan pupuk masuk ke dalam tanah.
·        Penyiangan perlu dilakukan dengan tangan pada waktu batang bibit masih hijau dan masih lemah, jika batang sudah coklat penyiangan bias dilakukan dengan herbisida.
·        Bibit karet sering diserang belalang maka untuk melindunginya perlu disemprot insektisida. Insektisida yang biasa dipakai adalah Theodan 35 sebanyak 15 ml per satu hektar, diberikan 5 hari sekali.
·        Penyiraman dilakukan dua kali dalam sehari, dijaga  selalu lembab.
Persemaian dalam kantong plastic polybag
·        Untuk persemaian dalam kantong plastik lokasi semai harus dekat dengan sumber air dan areal kebun yang akan ditanam. Media tanah menggunakan tanah yang subur berhumus, sebaiknya diambil lapisan tanah atas dengan ketebalan 0-125 cm. Tanah dimasukkan ke dalam kantong plastic berukuran 25x26 cm, dimana bagian bawah plastic harus dilubangi.
·        Setelah kantong plastic diisi dengan media kemudian diletakkan ditempat teduh, tetapi harus terkena sinar matahari pagi dan sore hari. Jarak kantong plastic antara baris adalah 30 cm, dalam barisan 20 cm. Setiap dua baris dibuat jalan selebar 75 cm. Perawatannya sama dengan persemaian lapangan.






 





Gambar . Bibit Tanaman Karet di dalam Kantong Polybag
Okulasi dapat dilakukan dengan tahapan sbb:
a.       Buatlah terlebih dahulu jendela okulasi pada batang bawah. Batang bawah ini harus bersih dari tanah ata kotoran yang menempel. Jendela okulasi dibuat 7-10 cm dari tanah dengan lebar sepertiga lingkaran batang dan panjangnya sekitar 5 cm. Arah pengirisan dari bawah ke atas dan ujung pisau harus menyentuh kayunya. Bagian atas dari jendela diiris miring, sedangkan bagian bawahnya tidak.
b.      Pengirisan batang bawah jangan serentak. Irislah setiap kali batang dan biarkan hingga getahnya kering sehingga kulitnya mudah dikupas. Saat mengupas,pisau dan jari jangan sampai menyentuh getah. Sambil menunggu getahnya kering irislah mata tunas beserta perisainya dari kayu entres. Pada pengirisan ini harus disertakan sedikit lapisan kayu yang menutup  jiwa. Jiwa atau bakal tunas jangan sampai rusak. Pengirisan ini harus lebih kecil dari ukuran jendela okulasi dengan semua sisi.






 









Gambar . Tahapan pembuatan jendela okulasi 
c.       Perisai dipegang tepinya dan bagian dalamnya jangan sampai teraba oleh jari. Bila perisai akan diletakkan diatas tanah, letakkan punggungnya dibagian bawah. Bersihkan perisai yang tajam sehingga diperoleh ukuran yang sama dengan jedela okulasi.Potonglah sisi bawah perisau tegak lurus di bagian yang tidak pernah tersentuh oleh jari.
d.      Setelah itu keluarkan lapisan kayu pada perisai dengan cara jari tangan menahan bagian punggungnya dan pisau menahan  bagian dalamnya. Hati-hati,jangan sampai kulitnya bengkok. Periksa keberadaan bakal tunasnya dibagian dalam yang tampak seperti bintil. Jika sudah tidak ada, maka perisai tersebut tidak bias digunakan.
e.       Setelah diperiksa potonglah bagian atas perisai dengan kemiringan yang sama dengan kemiringan bagian atas jendela. Bagian yang dipotong  adalah bagian yang sudah terkena pisau saat melepaskannya dari kayu.
f.        Kemudian jendela yang telah kering dikupas dengan hati-hati dengan bantuan ujung pisau. Ujung pisau mengupas kulit dari bagian ujung jendela hingga seluruh kulit pada jendela terkelupas. Kulit cambium pada lapisan luar bias dipegang, sedangkan cambium yang ada pada batang bawah jangan sampai tersentuh.
g.       Setelah perisai dan jendela siap, dengan segera perisai ditempelkan ke jendela okulasi. Setelah saling menempel perisai jangan sampai bergeser karena akan merusak lapisan cambium pada jendela okulasi dan bakal tunas akan lepas.
h.       Tempelkan perisai dengan posisi bekas kaki dan letaknya dibawah mata tunas. Jika letaknya terbalik, maka tunas yang terbentuk akan tumbuh ke bawah kemudian membengkok ke atas. Namun jika hal ini terjadi biarkanlah perisai menempel karena tunas akan tumbuh juga.
i.         Setelah ditempelkan bibir jendela okulasi ditutupkan tepat dipunggung perisai dan dibalut dengan plastic. Pada saat dibalut jendelaokulasi ditekanpada bagian batang agar  tidak bergeser. Arah balutan dari bawah ke atas, kemudian dari atas ke bawah,begitu seterusnya sehingga balutan tampak rapat. Hal ini agar tidak terjadi ruang kosong dan jendela tidak menutup rapat. Jumlah balutan dua kali atau lebih agar air tidak bias meresap masuk ke dalam balutan. Lebihkan balutannya sekitar 2 cm dari atas dan dari bawah jedela agar balutan menjadi kuat.
j.        Setelah okulasi berumur 14 hari, balutan bisa dilepas dengan menggunakan pisau tajam. Kemudian okulasi diperiksa dengan cara perisai ditoreh halus. Bila torehannya berwarna hijau berarti okulasi itu jadi, sedangkan bila berwarna cokelat berarti mati. Setelah diperiksa  bibir jendela okulasi dipotong. Bibir okulasi ini harus dibuang karena keadaannya sudah mati. Okulasi diperiksa kembali setelah seminggu dibuka.
k.      Sebelum Okulasi dipindahkan, batang sebelah atas perisai mata okulasi dipotong. Pada  musim penghujan pemotongan dapat dilakukan secepatnya agar okulasi tidak membusuk, yaitu 3 hari setelah balutan dibuka. Pemotongan dilakukan pada ketinggian 5-10 cm diatas jendela okulasi dengan sudut 45o – 60o . Setelah dipotong bekas potongan diolesi paraffin atau ter untuk melindungi luka dari bakteri atau jamur.
l.         Bibit okulasi yang dipindahkan dapat berbentuk stum mata tidur, stum tinggi, stum mini, dan bibit polybag.
m.     Klon-klon yang dianjurkan sebagai bibit batang bawah adalah: GTI, LCB 1320  dan PR 228.


 








Gambar. Tahapan pembuatan perisai mata okulasi






 








Gambar Tahapan penempelan perisai mata dan pembalutan dengan plastik
n.   Setelah okulasi berumur 14 hari, balutan bisa dilepas dengan menggunakan pisau tajam. Kemudian okulasi diperiksa dengan cara perisai ditoreh halus. Bila torehannya berwarna hijau berarti okulasi itu jadi, sedangkan bila berwarna cokelat berarti mati. Setelah diperiksa  bibir jendela okulasi dipotong. Bibir okulasi ini harus dibuang karena keadaannya sudah mati. Okulasi diperiksa kembali setelah seminggu dibuka.
o.  Sebelum Okulasi dipindahkan, batang sebelah atas perisai mata okulasi dipotong. Pada  musim penghujan pemotongan dapat dilakukan secepatnya agar okulasi tidak membusuk, yaitu 3 hari setelah balutan dibuka. Pemotongan dilakukan pada ketinggian 5-10 cm diatas jendela okulasi dengan sudut 45o – 60o . Setelah dipotong bekas potongan diolesi paraffin atau ter untuk melindungi luka dari bakteri atau jamur.
p.  Bibit okulasi yang dipindahkan dapat berbentuk stum mata tidur, stum tinggi, stum mini, dan bibit polybag.
q.  Klon-klon yang dianjurkan sebagai bibit batang bawah adalah: GTI, LCB 1320  dan PR 228.
Penanganan bibit hasil okulasi
a.   Pencabutan bibit
Bibit yang berhasil diokulasi dicabut dengan menggunakan cangkul atau dongkrak bibit (pulling jack) untuk digunakan sebagai bahan tanam karet klonal. Teknik pencabutannya adalah sebagai berikut:
1. Pencabutan bibit menggunakan cangkul
·        1-2 minggu sebelum dicabut menggunakan cangkul, bibit dipotong miring pada ketinggian 5-7 cm di atas tempelan okulasi
·        Gali parit sedalam 60 cm di satu sisi barisan tanaman dengan jarak 10 cm dari tanaman
·        Potong akar tunggang pada kedalaman sekitar 45 cm, lalu dorong bibit ke arah lubang
·        Potong akar lateral, sisakan sekitar 5 cm, sehingga didapat stum mata tidur yang siap tanam.
2. Pencabutan bibit menggunakan dongkrak bibit
·        2-3 minggu sebelumnya, potong batang bawah 50 cm di atas tempelan okulasi.
·        Bagian atas batang dijepit dengan dongkrak, lalu perlahan-lahan diungkit hingga bibit tercabut. 

Tidak ada komentar: